SELAMAT DATANG DI PUSKESMAS PARIPURNA ( Profesional, Amanah, Religius, Inovatif, Pengabdian, Unggul, Responsif, Nyaman dan Akuntabel )

Rabu, 03 Februari 2021

Vaksinasi Bagi Tenaga Kesehatan

Sesuai intruksi dari pusat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, pelaksanaan pemberian vaksin bagi tenaga kesehatan yang mulanya akan diselenggarakan pada bulan Februari maju menjadi bulan Januari 2021. Vaksin diambil oleh Fasyankes pada hari Minggu tanggal 24 Januari 2021 dan pelaksanaan vaksin berlangsung selama 4 hari yaitu mulai tanggal 25 - 28 Januari 2021.

Sasaran vaksin pada tahap I yaitu sebanyak 322 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari tenaga kesehatan Puskesmas Kutowinangun, PKU Kutowinangun, Praktik Dokter Mandiri, Praktik Bidan Mandiri serta beberapa Apotik yang ada di wilayah Puskesmas Kutowinangun.

Sebelum dilakukan suntik vaksin, peserta dipastikan sudah terdaftar dan mempunyai e-tiket untuk vaksin di Meja I. Setelah itu lanjut ke Meja 2 untuk dilakukan screening kesehatan, apakah bisa lanjut untuk dilakukan penyuntikan vaksin atau tidak karena ada beberapa pertanyaan dan pemeriksaan. Jika lolos, peserta dapat lanjut ke Meja 3 untuk penyuntikan vaksin. Apabila tunda atau tidak lolos dapat menunggu informasi selanjutnya kapan peserta dapat ikut divaksin. Peserta yang sudah divaksin lanjut ke Meja 4 untuk dilakukan observasi selama 30 menit untuk melihat apakah ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau tidak dan setelah selesai observasi, peserta akan mendapatkan sertifikat dan jadwal pelaksanaan vaksin tahap II.

Bulan Penimbangan dan Pemberian Vitamin A

Pembangunan kesehatan menjadi investasi utama untuk pengembangan Sumber Daya Manuasia (SDM) Indonesia. Bangsa yang unggul tentunya tak terlepas dari berkualitasnya SDM yang ada. Status gizi dan kesehatan termasuk indikator SDM Unggul di suatu negara. Oleh karena itu, pemenuhan gizi untuk menciptakan generasi yang sehat di masa depan sangat diperlukan. Saat ini masalah kekurangan gizi di Indonesia masih cukup tinggi baik masalah gizi kurang (underweight), pendek (stunting) maupun kurus (wasting)

            Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi di dalam kandungan hingga usia dua tahun atau pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan pertumbuhan pada balita dan pemantauan perkembangan minimal dua kali setahun serta penanggulangan masalah gizi lainnya melalui pendekatan 1000 HPK. Pemantauan pertumbuhan pada balita di Posyandu juga merupakan bagian dari strategi untuk menurunkan prevalensi masalah gizi dalam sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. 

Terkait dengan upaya tersebut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan penyelenggaraan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan Februari dan bulan Agustus bertepatan dengan Bulan Pemberian Vitamin A. Kegiatan ini dilaksanakan  secara terintegrasi dapat diselenggarakan di Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) dan Taman Pendidikan AI Qur’an (TPQ) .    

           Vitamin A merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh untuk meningkatkan kinerja organ tubuh terutama mata. Untuk itu, setiap bulan Februari dan Agustus dilakukan pembagian Vitamin A pada balita dan anak-anak usia 6 (enam) bulan hingga 5 (lima) tahun. Program tersebut diutamakan pada Posyandu karena lebih mudah dalam menjangkau masyarakat. Pembagian Vitamin A terbagi menjadi dua, yakni kapsul biru untuk balita usia 6-11 dengan dosis 100.000 IU dan kapsul merah untuk anak usia 12 bulan hingga 5 (lima) tahun dengan dosis 200.000 IU.

            Penyelenggaraan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan semua anak balita umur  0-59 bulan dengan ditimbang Berat Badan (BB) dan diukur Panjang Badan/Tinggi Badan (PB/TB) untuk dipantau pertumbuhannya sekaligus diberikan pelayanan kesehatan dasar sebagai deteksi dini gangguan tumbuh kembang dan mencegah kekurangan gizi pada balita.

            Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain Itu diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanya. Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik, maka akan memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita.