Pembangunan kesehatan
menjadi investasi utama untuk pengembangan Sumber Daya Manuasia (SDM)
Indonesia. Bangsa yang unggul tentunya tak terlepas dari berkualitasnya SDM
yang ada. Status gizi dan kesehatan termasuk indikator SDM Unggul di suatu
negara. Oleh karena itu, pemenuhan gizi untuk menciptakan generasi yang sehat
di masa depan sangat diperlukan. Saat ini masalah kekurangan gizi di Indonesia
masih cukup tinggi baik masalah gizi kurang (underweight), pendek (stunting) maupun
kurus (wasting).
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi di dalam kandungan hingga usia
dua tahun atau pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga perlu
dilakukan kegiatan pemantauan dan pertumbuhan pada balita dan pemantauan
perkembangan minimal dua kali setahun serta penanggulangan masalah gizi lainnya
melalui pendekatan 1000 HPK. Pemantauan pertumbuhan pada balita di Posyandu
juga merupakan bagian dari strategi untuk menurunkan prevalensi masalah gizi
dalam sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020–2024.
Terkait dengan upaya tersebut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
menetapkan penyelenggaraan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan
Februari dan bulan Agustus bertepatan dengan Bulan Pemberian Vitamin A.
Kegiatan ini dilaksanakan secara terintegrasi dapat diselenggarakan di
Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul
Athfal (RA) dan Taman Pendidikan AI Qur’an (TPQ) .
Vitamin A merupakan vitamin yang sangat penting bagi tubuh untuk meningkatkan kinerja organ tubuh terutama mata. Untuk itu, setiap bulan Februari dan Agustus dilakukan pembagian Vitamin A pada balita dan anak-anak usia 6 (enam) bulan hingga 5 (lima) tahun. Program tersebut diutamakan pada Posyandu karena lebih mudah dalam menjangkau masyarakat. Pembagian Vitamin A terbagi menjadi dua, yakni kapsul biru untuk balita usia 6-11 dengan dosis 100.000 IU dan kapsul merah untuk anak usia 12 bulan hingga 5 (lima) tahun dengan dosis 200.000 IU.
Penyelenggaraan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan semua anak balita umur 0-59 bulan dengan ditimbang Berat Badan (BB) dan diukur Panjang Badan/Tinggi Badan (PB/TB) untuk dipantau pertumbuhannya sekaligus diberikan pelayanan kesehatan dasar sebagai deteksi dini gangguan tumbuh kembang dan mencegah kekurangan gizi pada balita.
Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain Itu diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanya. Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik, maka akan memberikan kontribusi yang besar dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar